Minggu, 10 Mei 2009

Ceritaku, Tentang Aku dan Wawancara Via Phone

Mungkin karna saking jengkelnya atau entah kenapa, tiba-tiba aku menulis cerita ini, cerita yang begitu nyata dan bukan hasil rekayasa tentang seseorang dari alam yang berbeda, pendapat yang berbeda, hati yang berbeda dan perbedaan serta pandangan yang begitu nyata. Yang tanpa sengaja atau mungkin sengaja aku tuliskan disini, untuk sedikit berbagi cerita dan mungkin cerita ini bagi kebanyakan orang adalah cerita yang begitu “narsis” dan orang yang tidak punya hati dan susah untuk dimengerti bagi sebagian orang. Tapi inilah aku.
malam itu adalah malam yang begitu melelahkan karna kesibukan dikantor yang banyak menyita waktu dan tenaga dan pada malam harinya diharusnya untuk antar jemput saudara yang harus ngambil kuliah malam.. tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara telpon yang berdering yang aku tidak tau entah dari siapa? Mau di terima..., tapi malam itu aku capek sekali untuk ngomong (biasa kalau lagi capek suka mogok ngomong), tapi kalau nggak diangkat takutnya telepon penting… tapi ah… masa bodoh angkat aja dech takutnya penting lagi.. “hallo.. haloo” kata suara di sebrang sana, “eh.. aku bisa wawancara kamu nggak” (wah gila neh orang masak wawancara lewat telpon, mana lagi capek bener) tapi yah udahlah... “boleh mau wawancara apa” kataku dengan agak sedikit kesal “ini nich ada tugas dari kampus..dan ini sangat berkaitan dengan masalah yang kamu geluti sekarang ini bisa nggak, tapi kamu nggak sibukkan?”. (sial neh orang gak tau orang lagi capek bener) “lho… kok aku yang diwawancara kan masih banyak orang yang lebih berkompeten dari pada aku kalau untuk masalah itu” kataku, “iya tapi nggak apa-apa aku wawancara kamu aja.. o.. ya udah”.
setelah banyak bla..bla…bla… “kalau untuk masalah itu coba kamu datang aja ke kantor, di sana banyak data-data yang lainnya, trus kalau mau lebih jelas kamu bisa tanya sama orang-orang dikantor juga” kataku “nggak bisa...ini besok sudah dikumpul non.. atau kalau malam ini aja kamu masih dikantor nggak…” (benar2 gila neh orang oiii… ini sudah jam 8 malam pak.. mana ada kantor buka jam segini…) “ngumanku dalam hati”, “nggak aku ada di rumah bentar lagi mau keluar karna harus jemput saudara pulang kuliah (kebetulan neh.. saudara yang satu ini gak bisa pake motor, jadi harus diantar jemput hehe..) “atau kalau gitu kita ke kantormu sekarang bisakan boleh donk.., soalnya ini sudah harus dikumpul besok…“. “nggak bisa.. ini sudah malam kantor itu tutup jam 4 sore”. (memang udah gak waras neh orang, dikiranya kita nggak punya aturan kali ya… seenak perutnya aja kalau ngomong) “lho… kan kamu kulih pagi kenapa baru cari datanya malam ini, kan kamu bisa datang ke kantor siang tadi”, (alasan neh orang…!!!) setelah cukup lama blaa....blaa...bla.... Ehh...tiba-tiba dia curhat masalah pribadi(lho...apa hubungannya koq jadi curhat), ih... sebel banget....!!!
nah.. begitu ceritanya....Untuk cerita selanjutnya silahkan anda yang merefleksikan sendiri tentang cerita ini karna sampai sekarang aku masih jengkel dan nggak habis pikir... memangnya ada ya wawancara pake lewat telpon, atau memang karna ini zamannya teknologi yang serba canggih jadi kita harus menghalalkan segala cara, meskipun itu dinilai sangat tidak sesuai dengan kode etik. atau mungkin... sebagian orang ada yang berpikiran, "ah... toh dia juga 'kawan' jadi nggak apa-apalah". kalau nggak salah, waktu zamannya aku kuliah dulu nggak ada tuh. seingat aku, kalau data yang kita ambil itu mau yang lebih akurat kita harus melakukan sessi wawancara dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang yang bersangkutan, yang dimaksud langsung di sini bukannya dengan via telpon itukan namanya data yang didapat sangat-sangat tidak akurat, apalagi kalau orang yang diwawancara itu lagi nggak “mute” memang ya..., mahasiswa jaman sekarang (nggak semuanya mahasiswa sih) maunya yang serba instan dan asal kopy saja. kalau seperti ini terus apa jadinya negeri ini nanti, jika dari awal anak-anak di negeri ini sudah terbiasa mengkopy tanpa memikirkan dampak-dampak yang akan terjadi nantinya. Semoga saja kita tidak menemukan orang yang seperti ini lagi.

Tidak ada komentar: