Jumat, 15 Januari 2010

PENDIDIKAN ABAIKAN KARAKTER

Perlu Ditanamkan Karakter yang Benar, Positif, dan Konstruktif

Rapuhnya karakter dan budaya dalam kehidupan berbnagsa bisa membawa kemunduran peradaban bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat yang memiliki karakter dan budaya yang kuat semakin memperkuat eksistensi suatu negara.
Persoalan itu mengemuka dalam Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang diadakan Kementrian Pendidikan Nasional di Jakarta, Kamis (14/1). Acara yang dibuka Mentri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh itu diikuti sekitar 195 orang yang terdiri dari pakar pendidikan, tokoh masyarakat, budayawan, rohaniwan, akademisi, birokrat, dan pihak lain yang terkait.
“Indonesia dikenal memiliki karakter kuat sebelum zaman kemerdekaan, tatkala mencapai kemerdekaan, dan mempertahankan kemerdekaan. Sekarang, karakter masyarakat Indonesia tidak sekuat pada masa lalu, sangat rapuh. Pemimpin saat ini juga tidak menjaga pembangunan karakter dan budaya bangsa,” kata Yahya Muhaimin, mantan mentri Pendidikan Nasional, salah satu pembicara.
Menurut Yahya, pembangunan karakter mesti menjadi program nasional. Dalam pendidikan, pembentukan karakter dan budaya bangsa pada siswa tidak mesti masuk kurikulum.
Yahya mengatakan, nilai-nilai yang ditumbuhkembangkan dalam diri siswa berupa nilai-nialai dasra yang disepakati secara nasional yang berdasarkan kepada agama dan kenegaraan, misalnya, kejujuran, dapat dipercaya, kebersamaan, toleransi, tanggung jawab, dan peduli kepada orang lain.

Positif dan konstruktif
Franz Magnis-Suseno, guru besar Sekolah TinggibFilsafat Driyarkara, mengatakan, yang dibutuhkan bukan hanya karakter kuat, tetapi juga benar, positif, dan konstruktif. Namun, untuk membentuk anak-anak didik ynag berkarakter kuat tidak boleh ada feodalisme para pendidik. Jika pendidik membuat anak menjadi “manutan” dengan nilai-nilai penting, tenggang rasa, dan tidak membantah, karakter anak tidak akan berkembang.
“kalau kita mengharapkan karakter, anak itu harus diberi semangat dan harus di dukung agar ia menjadi pemberani, berani mengambil inisiatif, berani mengusulkan alternatif, dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda. Ia harus diajarkan untuk berpikir sendiri,” katanya.
Pemimpin Pondok Modern Darussalam Gontor KH Syukri Zarkasi mengatakan, kita mesti tahu orientasi pendidikan supaya tidak sekedar mendapat izasah untuk mencapai kerja. Pendidikan yang utama adalah pembangunan karakter.
Mendiknas mengatakan, kerisauan dan kerinduan banyak pihak untuk kembali memperkuat pendidikan karakter dan budaya bangsa direspons dengan baik. Pemerintah membutuhkan masukan, antara lain, menyangkut model-model pemembangan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.

sumber: Kompas
Read More..